Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menyatakan bahwa Indonesia menyambut positif kesepakatan gencatan senjata antara kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan Israel di Gaza. Ia menilai peristiwa ini sebagai momentum yang baik dan perlu dijaga.
Sugiono berharap agar kedua belah pihak dapat memenuhi tanggung jawab masing-masing, sehingga situasi yang kondusif dapat terus terjaga dan menghindari jatuhnya korban lebih lanjut.
"Semoga semua pihak benar-benar melaksanakan kewajiban yang ada, sehingga tercipta suasana yang mendukung dan kondusif untuk kelanjutan gencatan senjata ini. Saya percaya ini adalah momentum yang sangat baik," ungkap Sugiono kepada wartawan di Jakarta Selatan, pada hari Kamis.
Sebelumnya, Menlu Sugiono juga telah memberikan pernyataan terkait gencatan senjata di Gaza yang diumumkan oleh Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani.
Melalui akun @Menlu_RI di platform media sosial X pada hari Kamis, Sugiono menyatakan bahwa gencatan senjata tersebut "sejalan dengan upaya yang selama ini didorong bersama komunitas internasional."
Ia juga menegaskan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam pemulihan kehidupan masyarakat di Gaza, baik melalui bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), maupun dalam upaya rekonstruksi Gaza.
Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengumumkan tercapainya gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza pada hari Rabu (15/1) di Doha.
Ia menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan dapat mengakhiri agresi dan genosida Israel yang menghancurkan Gaza terdiri dari tiga tahap yang akan mulai dilaksanakan pada hari Minggu (19/1).
Menurut laporan dari Xinhua, gencatan senjata di jalur Gaza dapat terwujud setelah Hamas dan Israel mencapai kesepakatan yang didukung oleh upaya mediasi intensif dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Selain gencatan senjata, salah satu poin lain yang disepakati adalah pembebasan sandera.
Kesepakatan ini mencakup fase awal penghentian pertempuran di Gaza yang telah berlangsung lebih dari 15 bulan, selama 42 hari.
Militer Israel berkomitmen untuk menarik pasukannya dari daerah-daerah padat penduduk ke pinggiran Gaza, sehingga memungkinkan pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka di jalur Gaza.