Gambar: Dok.Kemenperin

Perusahaan Asal Jawa Tengah Ini Berhasil Bersaing Di Pasar Global Dengan Menghasilkan Produk Bioteknologi Dari Mikroalga

, 30 Jun 2024

Potensi pemanfaatan alga, baik makroalga maupun mikroalga, di Indonesia sangat besar untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi. Salah satu yang potensial untuk terus dikembangkan adalah mikroalga yang dapat diolah menjadi berbagai bahan baku pangan, obat-obatan, pakan ternak, hingga biofuel.

Pengembangan industri pengolahan mikroalga sebagai sumber daya alam merupakan salah satu bagian dari kebijakan prioritas yang dijalankan oleh Kementerian Perindustrian, yaitu hilirisasi industri berbasis agro. Di samping itu, pemanfaatan bioteknologi merupakan kunci untuk mewujudkan konsep keberlanjutan perlu diadaptasi oleh industri untuk menyelaraskan pembangunannya dengan kelestarian lingkungan.

“Mikroalga sangat prospektif untuk dikembangkan di indonesia karena didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai,” jelas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat melakukan kunjungan ke PT Evergen Resources, Jumat (28/6).

Keunggulan yang dimiliki Indonesia untuk pengembangan mikroalga meliputi banyaknya sinar matahari dan suhu yang hangat serta lahan yang cukup. Mikroalga merupakan sumber bahan baku untuk produk makanan, kosmetik dan suplemen, bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat, hingga crude oil. Mikroalga juga menyerap CO2 sehingga dapat dimanfaatkan oleh industri dalam pengelolaan emisi.

Salah satu langkah pengembangan bioteknologi mikroalga di Indonesia telah dimulai oleh PT Evergen Resources. Perusahaan ini berbasis di Kendal, Jawa Tengah dan fokus pada pengolahan mikroalga Haematococcus pluvialis yang menghasilkan astaxanthin.

Astaxanthin adalah karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi asam lemak tak jenuh (PUFA) dari oksidasi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan melindungi kulit dari dampak sinar ultraviolet.

Evergen menggunakan sistem photobioreaktor tertutup untuk membudidayakan mikroalga dan menghasilkan AstaLuxe™. Produk ini kaya antioksidan dan digunakan dalam suplemen kesehatan, obat-obatan, kosmetik, makanan, minuman, serta pakan ternak.

Astaxanthin memiliki potensi pasar yang besar, termasuk peningkatan minat konsumen akan produk antioksidan alami karena kesadaran akan kesehatan yang semakin meningkat. Selain itu, dengan populasi dunia yang semakin menua, permintaan akan produk anti-penuaan meningkat, serta tren diet vegan dan berbasis tanaman yang memanfaatkan mikroalga dan makroalga semakin berkembang, didukung oleh teknologi kultivasi mikroalga dan proses ekstraksi yang semakin efisien.

Namun, masih ada tantangan besar dalam pengembangan astaxanthin. Misalnya, biaya produksi dan R&D yang tinggi menyebabkan terbatasnya daya beli konsumen dan perluasan pasar. Selain itu, rentan terhadap kontaminasi dalam produksi sehingga membutuhkan quality control yang berlapis, serta pasar yang cukup kompetitif dengan pemain kunci perusahaan yang berasal dari negara-negara dengan teknologi maju.

Diperlukan kolaborasi strategis antara pemerintah, institusi pendidikan, lembaga riset, dan industri untuk mempercepat pengembangan produk dan kebijakan penetrasi pasar. Menperin juga mendorong agar perusahaan dapat mengembangkan mikroalga untuk diolah menjadi produk-produk lain, seperti biofuel. Dukungan dari industri pengguna, seperti Pertamina, diperlukan untuk pengembangan biofuel. 

PT Evergen Resources telah memulai produksi astaxanthin sejak tahun 2012. Pasar astaxanthin terus berkembang, dengan pasar terbesar masih terdapat di Amerika Utara dan Eropa. Di Indonesia, belum ada kompetitor untuk industri penghasil astaxanthin, dan produsennya juga kurang dari 10 perusahaan di dunia.

Pendiri dan CEO PT Evergen Resources, Siswanto Harjanto, menjelaskan bahwa perusahaan berfokus pada pengolahan mikroalga karena merupakan bahan alami dan berkelanjutan. Astaxanthin, sebagai superfood, memiliki kekuatan hingga 500 kali lipat dari manfaat vitamin E dan 6.000 kali lebih kuat dari vitamin C.

Saat ini, pabrik Evergen memiliki kapasitas terpasang sebesar 192.000 Liter/bulan dengan utilisasi mencapai 80%. Rencananya, perusahaan akan melakukan peningkatan skala di tahun depan untuk mengembangkan sulfate polysaccharides dan fukosantin.

Siswanto menambahkan bahwa salah satu tantangan dalam pengembangan astaxanthin adalah harga yang belum ekonomis. Evergen membutuhkan dukungan kebijakan pemerintah untuk memperluas pasar dan mengembangkan mikroalga menjadi produk lain, seperti biofuel.


Tag:



Berikan komentar