Jakarta - Di tengah ramainya konten perjalanan daring, sebuah segmen khusus tengah naik daun dan menarik perhatian bukan hanya dari kalangan traveler, tetapi juga dari industri pariwisata secara luas: luxury family travel. Berbeda dengan citra liburan keluarga konvensional, niche ini tidak sekadar menawarkan destinasi ramah anak, tetapi mengedepankan pengalaman perjalanan yang terkurasi, nyaman, dan penuh nilai tambah—khusus dirancang untuk keluarga modern yang mengutamakan kualitas waktu bersama.
Tren ini muncul sebagai respons terhadap perubahan perilaku konsumen. Data dari Agoda dalam Travel Outlook Report 2026 mengungkapkan bahwa orang Indonesia adalah yang paling antusias bepergian di Asia, dengan 69% responden mengutamakan perjalanan bersama keluarga untuk menikmati waktu berkualitas. Yang menarik, tidak hanya frekuensi, durasi liburan juga semakin panjang, mengindikasikan keinginan untuk pengalaman yang lebih mendalam dan tidak terburu-buru. Pola ini diperkuat dengan maraknya "short escape" atau pelarian singkat yang fokus pada kebersamaan, yang menurut Charles Wong, Vice President of Commercial Traveloka, menunjukkan momentum kuat untuk liburan regional yang berfokus pada keluarga.
Permintaan akan travel mewah yang melibatkan banyak generasi sebenarnya merupakan fenomena global. Pasar wisata mewah dunia diproyeksikan terus tumbuh, dan di tahun 2025, perjalanan ini diikuti oleh tujuh generasi, mulai dari Gen Beta hingga Baby Boomer, yang melakukan perjalanan bersama. Di Indonesia, pola serupa teradaptasi dalam konteks yang lebih personal dan terjangkau. Keluarga-keluarga urban, khususnya milenial dengan anak kecil, tidak lagi mencari liburan murah meriah, melainkan investasi untuk pengalaman yang memorable, aman, dan tanpa repot. Mereka bersedia mengalokasikan anggaran lebih untuk akomodasi premium dengan fasilitas keluarga lengkap, restoran dengan menu khusus anak, serta aktivitas terencana yang menghibur semua usia.
Baca Juga: Pembenahan Data Negara Kunci Efektivitas Penanganan Bencana Dan Pemberantasan Korupsi
"Kami melihat momentum yang kuat untuk liburan regional dan perjalanan yang berfokus pada keluarga," kata Charles Wong dari Traveloka, mengonfirmasi pergeseran preferensi ini. Pernyataan ini diamini oleh data bahwa mayoritas wisatawan Indonesia dalam survei Agoda berencana melakukan lebih banyak perjalanan dengan durasi lebih panjang, didominasi oleh konsep bersama keluarga.
Merespons pasar ini, sejumlah kreator konten perjalanan mulai mengkhususkan diri dan membangun otoritas di niche luxury family travel. Mereka berperan sebagai "filter" dan sumber inspirasi terpercaya bagi keluarga yang membutuhkan rekomendasi. Salah satu contohnya adalah Marvelvino, sebuah akun yang dikelola keluarga dari Jakarta. Konten mereka secara konsisten mengulas hotel-hotel berbintang, pengalaman bersantap, dan atraksi wisata dari sudut pandang kepraktisan dan kenyamanan keluarga. Mereka tidak hanya menampilkan kemewahan visual, tetapi juga detail-detail fungsional seperti fasilitas anak, konektivitas lokasi, dan layanan yang memudahkan orang tua, nilai-nilai yang sangat dicari oleh pasar sasaran mereka.
Kehadiran para kreator niche seperti ini mencerminkan dan sekaligus membentuk tren. Mereka mengubah pola pikir bahwa liburan mewah dan keluarga adalah dua hal yang bisa beriringan. Dengan strategi konten yang terfokus, mereka tidak hanya membangun komunitas pengikut yang loyal, tetapi juga menjadi mitra strategis bagi brand-brand hospitalitas yang ingin menyentuh segmen keluarga modern yang kritis dan selektif ini. Pada akhirnya, kemunculan luxury family travel bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan cerminan dari nilai baru keluarga Indonesia yang memprioritaskan kualitas kebersamaan dan pengalaman yang berkelas dalam setiap petualangan mereka.